Rakyat indonesia bersatu 1pahlawan menyatukan bangsa

Rakyat indonesia bersatu 1pahlawan menyatukan bangsa

1 pahlawan telah gugur sang pahlawan telah membangunkan ikatan 1 bangsa. untuk revolusi dari rezim tikus dpr.
alm affan seorang driver ojol di lindas dengan keji oleh oknum brimor dengan kendaraan rantis.

Baca juga : Mengenang Para Pahlawan Pejuang Reformasi 98
Baca juga : TRAGEDI1998 JILID 2 TAHUN 2025 #IND0NESIA GELAP
Baca juga : pola pikir anak muda STM tentang masa depan
Baca juga : Kreatifitas orasi anak STM bengkel sampai DPR

Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa
Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa

Gelombang demonstrasi merebak di berbagai kota pada Jumat, 29 Agustus 2025. Pusat perhatian tertuju ke Jakarta—khususnya kawasan Polda Metro Jaya dan DPR/MPR—serta ke sejumlah daerah seperti Bandung dan Surabaya. Pemicu utamanya adalah kematian Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online, yang tewas terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 28 Agustus 2025. Peristiwa ini memantik seruan “Bela Affan”

Tragedi yang Memicu Gelombang Aksi

Malam 28 Agustus 2025, Affan Kurniawan yang sedang melintas di area aksi terkena imbas penguraian massa. Kendaraan taktis Brimob melintas di jalur yang sama, dan dalam situasi kacau, Affan terjatuh lalu terlindas. Insiden ini terekam sejumlah video warga yang dengan cepat viral di media sosial.

Sebagai respons awal, Propam Polri melakukan langkah tidak biasa: menayangkan secara langsung pemeriksaan terhadap tujuh anggota Brimob yang diduga terlibat. Mereka kemudian ditempatkan di tempat khusus (patsus) selama 20 hari sambil menunggu proses lebih lanjut. Langkah ini dipuji sebagai transparan, namun publik menekankan bahwa sanksi disiplin tidak cukup dan harus dilanjutkan ke ranah pidana bila ditemukan unsur kesengajaan atau kelalaian fatal.
Komnas HAM turut turun tangan dengan membuka posko pengaduan, mengecam penggunaan kekuatan berlebihan, serta menyatakan akan memanggil pihak terkait untuk dimintai keterangan.


Jakarta: Titik Sentral Aksi

Konsentrasi Massa

Di Jakarta, aksi terkonsentrasi di sekitar Polda Metro Jaya. Ribuan mahasiswa dari BEM SI, BEM UI, IPB, serta elemen masyarakat umum hadir dengan membawa spanduk, orasi, dan tuntutan utama:

  1. Pertanggungjawaban Polri atas kematian Affan.

  2. Transparansi proses hukum bagi personel Brimob yang terlibat.

  3. Reformasi institusi kepolisian, termasuk evaluasi terhadap Kapolri dan Kapolda.

  4. Jaminan penghentian represivitas dalam penanganan demonstrasi.

Dialog dengan Pimpinan Polri

Massa sempat ditemui oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri dan Wakapolda Brigjen Dekananto Eko Purwono. Dalam dialog terbuka, keduanya berjanji bahwa proses hukum akan dijalankan transparan. Namun, massa menekankan bahwa permintaan maaf saja tidak cukup; publik menuntut hasil konkret berupa penahanan dan proses pidana terbuka.

Dampak Kota

Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa
Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa

Untuk mengantisipasi potensi eskalasi, sejumlah kementerian dan perusahaan di Jakarta menerapkan work-from-home (WFH). Transportasi publik juga terdampak: MRT Jakarta menutup sementara Stasiun Istora Mandiri dan beberapa akses di Bendungan Hilir saat massa berkonsentrasi di Sudirman. Lalu lintas mengalami pengalihan, meski secara umum masih terkendali berkat rekayasa lalu lintas yang diumumkan TMC Polda Metro.


Bandung: Solidaritas Mahasiswa Jabar

Di Bandung, titik aksi berada di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergabung dalam aksi bertajuk “Indonesia Cemas 2025”—tema besar yang sebelumnya telah diusung oleh BEM SI.

Selain membawa isu “Bela Affan”, mahasiswa juga menyuarakan:

  • Penolakan terhadap praktik impunitas aparat.

  • Penegakan hak asasi manusia dan penghentian kekerasan negara.

  • Kritik terhadap pelemahan demokrasi dan maraknya represivitas dalam pengelolaan ruang publik.

Aksi di Bandung berlangsung relatif tertib, meski kepadatan lalu lintas di sekitar Gedung DPRD meningkat. Mimbar bebas digelar dengan sejumlah akademisi dan aktivis menyampaikan orasi tentang proporsionalitas penggunaan kekuatan oleh aparat negara.


Surabaya: Eskalasi & Konfrontasi

Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa
Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa

Situasi berbeda terjadi di Surabaya. Massa berkumpul di depan Gedung Negara Grahadi sejak siang, dan menjelang sore situasi memanas.

  • Pukul 16.22 WIB, aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

  • Beberapa sepeda motor terbakar, pagar Grahadi dilaporkan rusak, dan terjadi bentrokan ketika water cannon dikerahkan.

  • Suasana mencekam ditandai dengan letupan suara di tengah kerumunan, yang memperparah kepanikan.

Peristiwa ini memperlihatkan rentannya situasi beralih ke konfrontasi ketika komunikasi massa dan aparat gagal dijaga.


Analisis Tuntutan dan Narasi Gerakan

Secara umum, narasi tuntutan dari berbagai daerah konsisten:

  1. Keadilan untuk Affan → proses hukum harus berlanjut ke ranah pidana.

  2. Anti-impunitas → Polri harus membuktikan tidak melindungi anggotanya yang melanggar.

  3. Reformasi struktural → evaluasi menyeluruh terhadap kultur kekerasan dalam pengamanan aksi.

  4. Perlindungan hak sipil → kebebasan berpendapat dijamin tanpa ancaman represivitas.

Mahasiswa menegaskan bahwa aksi 29 Agustus bukan sekadar solidaritas, melainkan momentum menyoroti krisis akuntabilitas institusi.


Respons Pemerintah dan Tokoh Nasional

  • Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan permintaan maaf resmi kepada keluarga korban dan masyarakat, menjanjikan investigasi terbuka.

  • Presiden Prabowo Subianto menyatakan belasungkawa, kecewa, dan meminta seluruh pihak menahan diri.

  • Komnas HAM menegaskan akan memantau dan menyelidiki dugaan pelanggaran HAM.

  • Sejumlah tokoh publik seperti Jusuf Kalla menyerukan agar tidak ada kekerasan lanjutan dan agar keadilan ditegakkan.

Langkah Polri menayangkan pemeriksaan Propam secara live dipandang sebagai terobosan transparansi, namun masih menimbulkan pertanyaan publik: apakah ini akan diikuti dengan proses pidana yang adil, atau berhenti di ranah etik semata?


Dampak Sosial-Ekonomi

Demonstrasi 29 Agustus berdampak pada beberapa sektor:

  • Transportasi: penutupan stasiun MRT di Jakarta dan pengalihan arus lalu lintas menimbulkan keterlambatan perjalanan.

  • Ekonomi perkotaan: beberapa pusat belanja dan kantor di sekitar titik aksi mempercepat jam tutup. Aktivitas UMKM di radius demonstrasi menurun drastis.

  • Psikososial: masyarakat, khususnya komunitas pengemudi ojek online, merasakan trauma kolektif akibat insiden Affan, sekaligus kebanggaan atas solidaritas publik yang meluas.

  • Politik & kepercayaan publik: meningkatnya tuntutan reformasi Polri menunjukkan krisis legitimasi institusional yang perlu segera ditangani.


Catatan Keselamatan dan Evaluasi

Terdapat tiga catatan penting yang menjadi pelajaran:

  1. Komunikasi publik → Informasi real-time terkait rekayasa lalu lintas, status transportasi, dan situasi lapangan sangat penting untuk mengurangi kepanikan.

  2. Protokol pengendalian massa → Aparat perlu menegakkan prinsip nesesitas, proporsionalitas, dan akuntabilitas sesuai standar internasional HAM.

  3. Layanan darurat dan legal aid → Kehadiran tim medis, advokat, serta dokumentasi lapangan penting untuk menjamin hak-hak demonstran terpenuhi.

    Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa
    Rakyat indonesia bersatu 1 pahlawan menyatukan 1 bangsa

    Aksi 29 Agustus 2025 menjadi salah satu momen paling penting dalam peta demokrasi Indonesia kontemporer. Tragedi kematian Affan Kurniawan menyingkap masalah mendasar: represivitas aparat, lemahnya akuntabilitas, dan krisis kepercayaan publik terhadap institusi keamanan.
    Langkah-langkah awal seperti permintaan maaf Kapolri, pemeriksaan Propam secara terbuka, dan penempatan khusus tujuh anggota Brimob patut dicatat positif. Namun, publik menunggu kelanjutannya: apakah kasus ini benar-benar diproses secara pidana dan transparan, atau berhenti di tingkat etik internal.
    Aksi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, semakin vokal dalam menuntut keadilan dan hak sipil. Bagaimana negara merespons akan menentukan apakah “Bela Affan” dikenang sebagai tragedi yang ditangani dengan baik—atau justru menjadi simbol kegagalan reformasi kepolisian di era demokrasi.

Categories: , ,

Related Posts :-