Papua, wilayah paling timur Indonesia, selama puluhan tahun menjadi pusat dinamika politik, keamanan, dan pembangunan nasional. Sejak integrasinya melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, Papua terus diliputi ketegangan antara pemerintah pusat dan kelompok yang menolak integrasi. Di tengah ketidakpuasan sebagian masyarakat Papua terhadap kebijakan pembangunan dan distribusi sumber daya, muncul perlawanan bersenjata yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan sayap militernya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Baca juga : Buah durian penuh nutrisi dampak positif
Baca juga : Gaya Hidup Aa Gym Spiritualitas dan Keteladanan
Baca juga : Menonton Langsung ke Stadion seKeluarga
Baca juga : Trek jalur Pendakian Gunung Batur Bali
Baca juga : Inovasi Pemanfaatan Perkebunan solusi Agrowisata
Baca juga : Perjalanan Karier Kurniawan Dwi Yulianto
Untuk merespons tantangan keamanan tersebut, negara menjalankan berbagai bentuk operasi: dari operasi militer terbuka di era 1970–1990, operasi penegakan hukum sejak 2000-an, hingga yang terbaru dikenal dengan Operasi Damai Cartenz (ODC)
Latar Belakang Konflik Papua
-
Sejarah Integrasi
-
Tahun 1962: Penyerahan Irian Barat melalui Perjanjian New York antara Belanda, Indonesia, dan PBB.
-
Tahun 1969: Pepera digelar dengan 1.026 perwakilan yang menyatakan bergabung dengan Indonesia. Legitimasi proses ini masih diperdebatkan hingga kini.
-
-
Munculnya OPM
-
Organisasi Papua Merdeka muncul sebagai reaksi terhadap hasil Pepera dan perasaan marginalisasi.
-
OPM bertransformasi menjadi TPNPB yang memiliki struktur militer dan basis perlawanan di hutan maupun pegunungan Papua.
-
-
Pendekatan Keamanan
-
Orde Baru menggunakan operasi militer skala besar (Operasi Sadar, Operasi Tumpas).
-
Era Reformasi mulai menggeser ke operasi penegakan hukum berbasis Polri, namun tetap melibatkan TNI.
-
Sejak 2018–2022, operasi diberi nama Nemangkawi, lalu berubah menjadi Operasi Damai Cartenz sejak 2022.
-
Operasi Damai Cartenz: Konsep dan Tujuan
-
Definisi
Operasi Damai Cartenz (ODC) adalah operasi terpadu TNI–Polri yang difokuskan pada penegakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, dengan tambahan tugas intelijen, pengamanan wilayah, dan pembinaan masyarakat. -
Tujuan Utama
-
Menindak tegas kelompok bersenjata yang mengancam keamanan.
-
Melindungi masyarakat sipil dari aksi kekerasan.
-
Menutup jalur penyelundupan senjata dan logistik.
-
Mengamankan proyek strategis nasional di Papua.
-
Menunjukkan kehadiran negara secara humanis (melalui program sosial, kesehatan, pendidikan).
-
-
Wilayah Operasi
Fokus utama adalah kabupaten dengan tingkat kerawanan tinggi: Nduga, Intan Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Puncak, dan Puncak Jaya. Namun, operasi juga mencakup pengawasan jalur peredaran senjata hingga ke luar Papua.
Struktur Organisasi Operasi Damai Cartenz
ODC memiliki beberapa fungsi utama:
-
Satgas Gakkum (Penegakan Hukum): melaksanakan pengejaran, penindakan, dan penyidikan.
-
Satgas Intelijen: memetakan jaringan, pergerakan, serta strategi infiltrasi KKB.
-
Satgas Humas: mengelola informasi, publikasi, serta kontra-narasi propaganda.
-
Satgas Binmas Noken: program pembinaan masyarakat, seperti pertanian, pendidikan, dan kesehatan.
-
Satgas Reskrim: menyelidiki kejahatan terkait penyelundupan senjata, narkoba, atau keuangan.
Keterlibatan TNI lebih pada pengamanan wilayah dan dukungan tempur, sementara Polri memimpin penegakan hukum.
Operasi Damai Cartenz merupakan instrumen negara untuk menjaga kedaulatan dan keamanan di Papua. Secara operasional, operasi ini memiliki keberhasilan dalam penegakan hukum, pengungkapan jaringan senjata, dan pengamanan proyek strategis. Namun, dampaknya terhadap masyarakat sipil dan masih berlanjutnya konflik menunjukkan keterbatasan pendekatan keamanan murni.
Untuk mencapai “damai sejati”, perlu integrasi antara:
-
Operasi keamanan yang profesional dan transparan.
-
Dialog politik dan rekonsiliasi.
-
Pembangunan inklusif yang benar-benar dirasakan masyarakat adat.
-
Perlindungan HAM sebagai prinsip utama.
Hanya dengan kombinasi keamanan, keadilan, dan pembangunan, Papua dapat benar-benar mengalami kedamaian yang berkelanjutan.
Kronologi dan Fakta Lapangan (2022–2025)
Tahun 2022
-
ODC resmi menggantikan Satgas Nemangkawi.
-
Fokus pada transformasi dari operasi militer ke operasi penegakan hukum.
-
Data menunjukkan 13 anggota TNI–Polri gugur akibat kontak tembak sepanjang tahun.
Tahun 2023
-
Intensitas serangan KKB meningkat, termasuk penyanderaan pilot Susi Air di Nduga.
-
Operasi diperpanjang karena keamanan belum stabil.
Tahun 2024
-
Data resmi:
-
18 personel TNI–Polri gugur (10 TNI, 8 Polri).
-
28 warga sipil tewas akibat konflik bersenjata.
-
27 anggota KKB tewas dalam kontak tembak.
-
Ratusan amunisi dan belasan senjata api disita.
-
-
ODC juga berhasil membongkar beberapa jalur penyelundupan senjata lintas provinsi, melibatkan jaringan dari Papua hingga Jawa Timur dan DIY.
Tahun 2025 (Awal Tahun)
-
Januari 2025: Penyerangan pos gabungan TNI–Polri di Intan Jaya yang menewaskan seorang bocah.
-
Februari 2025: Pengungkapan penyelundupan senjata senilai Rp 13 miliar di Puncak Jaya.
-
Maret 2025: Jaringan penyuplai senjata dan ribuan amunisi lintas provinsi berhasil digagalkan.
-
April–Mei 2025: Beberapa kontak tembak terjadi di Pegunungan Bintang dan Yahukimo, mengakibatkan korban di kedua pihak.
Dampak Operasi Damai Cartenz
-
Keamanan
-
ODC berhasil menekan beberapa aksi penyerangan besar, namun konflik bersenjata tetap terjadi.
-
Sebagian daerah pegunungan masih rawan serangan dadakan terhadap aparat dan warga sipil.
-
-
Masyarakat Sipil
-
Banyak masyarakat yang terdampak: korban jiwa, pengungsian, terganggunya sekolah dan layanan kesehatan.
-
Trauma psikologis menjadi isu serius.
-
-
Ekonomi dan Pembangunan
-
Keamanan yang tidak stabil menghambat pembangunan infrastruktur dan investasi.
-
Proyek strategis nasional, seperti jalan Trans Papua, sering mendapat pengawalan khusus.
-
Kritik dan Tantangan
-
Pendekatan Militeristik vs Humanis
-
Meski disebut “Damai”, banyak kalangan menilai pendekatan masih dominan militeristik.
-
Masyarakat adat menuntut pendekatan dialog, rekonsiliasi, dan pembangunan yang adil.
-
-
Isu HAM
-
Organisasi HAM internasional dan lokal menyoroti dugaan pelanggaran HAM, termasuk penembakan sipil.
-
Transparansi data korban masih lemah.
-
-
Medan Geografis
-
Papua memiliki hutan lebat, pegunungan tinggi, dan cuaca ekstrem, menyulitkan operasi dan evakuasi korban.
-
-
Jaringan Penyelundupan Senjata
-
KKB memiliki akses ke senjata melalui jalur internasional maupun domestik.
-
Pemutusan jaringan ini membutuhkan koordinasi antar provinsi dan kerja sama internasional.
-
Analisis Efektivitas
-
Keberhasilan:
Operasi Damai Cartenz di Papua -
ODC berhasil menekan distribusi senjata, membongkar jaringan kriminal, dan mengurangi skala beberapa serangan.
-
Data penindakan menunjukkan ratusan amunisi disita, puluhan KKB dilumpuhkan.
-
-
Keterbatasan:
-
Konflik tetap berulang karena akar masalah tidak hanya soal senjata, tetapi juga identitas, ketidakadilan ekonomi, dan politik representasi.
-
Operasi keamanan tanpa pendekatan politik–kultural cenderung hanya menyelesaikan gejala, bukan penyebab.
-