“mulutmu harimaumu” hanya itu kata ungkapan untuk sosok bupati sudewo.
tidak akan gentar 50000 masyarakat tapi yang kau hadapi ratusan ribu masyrakat pati.
Pada awal Agustus 2025, terjadi gelombang demonstrasi besar di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Demonstrasi ini, yang dikenal sebagai Pati Demonstration, berlangsung antara 10–13 Agustus 2025, dipicu oleh rekomendasi kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250%. Namun tuntutan massa berkembang meluas, tak hanya menyasar kebijakan pajak,
Aksi ini dipicu oleh reaksi warga terhadap kebijakan kenaikan PBB-P2 yang drastis, ditambah penolakan terhadap sejumlah kebijakan lain seperti rencana renovasi alun-alun, pembangunan videotron, pemecatan staf rumah sakit, dan kebijakan pendidikan lima hari sekolah. Selain tuntutan pembatalan pajak, demonstran juga menuntut pengunduran diri Bupati Sudewo Sekitar 85.000–100.000 orang berpartisipasi dalam aksi ini, yang menjadi salah satu demonstrasi massal terbesar di Pati dalam beberapa tahun terakhir Menentang mereka adalah sekitar 2.684 personel keamanan, mencakup polisi dan TNI.
Hasil yang paling nyata adalah pembatalan kenaikan PBB-P2, usaha simbolik menegaskan kekuatan rakyat dalam mengkritisi kebijakan publik. Selain itu, DPRD Pati menindaklanjuti aksi dengan membentuk komite hak angket.Langkah ini mencerminkan mekanisme pengawasan lokal berfungsi dalam sistem demokrasi: rakyat turun tangan, lalu wakil rakyat menindaklanjuti melalui jalur kelembagaan.
Demonstrasi dengan skala besar seperti ini memiliki dampak ekonomi yang langsung maupun tidak langsung. Sekolah, usaha kecil, dan layanan kesehatan setempat kemungkinan terganggu karena suasana konflik atau kebijakan yang ditunda. Selain itu, peristiwa bentrok dengan aparat hukum atau penggunaan kekerasan dapat mencoreng citra daerah dan pemerintah daerah, berpotensi menurunkan kepercayaan investor dan wisatawan.
Meskipun belum ada data resmi, dinamika serupa di kota besar seperti Jakarta menunjukkan bahwa kerusuhan atau ketidakpastian politik bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi lokal.
Meskipun demonstrasi terkait dengan kebijakan lokal dan tidak memiliki karakter nasional, aspek HAM dan kebebasan berpendapat tetap krusial. Demonstran secara umum menyampaikan aspirasi mereka dengan damai. Namun, adanya bentrokan dan penahanan menimbulkan risiko pelanggaran prosedural. Perlu ada pengawasan transparan terhadap tindakan aparat dan proses penahanan agar tidak melanggar hak sipil dan kebebasan berekspresi,
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati mencatat bahwa sebanyak 64 orang mengalami luka-luka akibat kericuhan dalam aksi unjuk rasa tersebut. Korban luka terdiri dari warga sipil dan aparat keamanan. Sebagian besar korban mengalami luka ringan hingga sedang, seperti lebam, robek kulit, dan sesak napas akibat paparan gas air mata. Semua korban telah mendapatkan perawatan di berbagai fasilitas kesehatan setempat, termasuk RSUD RAA Soewondo, Klinik Marga Husada, Klinik Pratama PMI, dan RS Keluarga Sehat. Sebagian besar dari mereka telah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.Meskipun sempat beredar informasi di media sosial yang menyebutkan adanya dua korban meninggal dunia dengan inisial S dan Z, hasil penelusuran Tim Cek Fakta Murianews.com menunjukkan bahwa informasi tersebut merupakan hoaks. Tidak ditemukan bukti atau laporan resmi yang mengonfirmasi adanya korban jiwa dalam insiden tersebut
Media sosial memainkan peran penting dalam investasi massa ke lokasi demonstrasi. Gerakan ini kemungkinan dipicu dan dikoordinasi melalui platform digital, gelombang informasi yang cepat mendukung konsolidasi massa. Masyarakat lokal menunjukkan solidaritas tinggi terhadap isu-isu riil seperti beban pajak dan layanan publik.
Demonstrasi ini menggarisbawahi pentingnya respons cepat dan dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat. Pulihnya kepercayaan publik tidak cukup hanya dengan pembatalan kebijakan; perlu ada transparansi dan partisipasi dalam perumusan kebijakan berikutnya.
Secara akademis, Pati Demonstration 2025 menjadi contoh penting studi hubungan antara kebijakan fiskal lokal, mobilisasi massa, dan perubahan kebijakan. Ini juga menyoroti pentingnya pendekatan komunikasi publik dalam meredam potensi konflik sosial.
Demonstrasi Pati 2025 merupakan contoh kuat bagaimana masyarakat dapat memengaruhi kebijakan pemerintah melalui aksi damai dan partisipatif. Dengan pembatalan kenaikan pajak, terbentuknya tim hak angket, serta mobilisasi luas warga, aksi ini menunjukkan dinamika demokrasi dalam konteks lokal. Namun, tantangan tetap ada: memastikan hak warga dihormati, meredam potensi konflik, dan membangun budaya dialog. Demonstrasi bukan sekadar teriakan di jalan, tetapi panggilan untuk pemerintah lebih mencerminkan aspirasi rakyat.
baca juga :Kuliner Bakso Usaha Kekinian
baca juga :Keindahan Raja Ampat Surga Wisata Bahari Papua
baca juga : Kreativitas Anak Membuat Mainan Edukatif
